Sabtu, 14 November 2009

Budaya Pengantin Bekasri





Aset budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia salah satunya yakni setiap suku mempunyai rangkaian upacara pernikahan yang merupakan bagian dari siklus hidup lahir, menikah dan mati. Upacara pernikahan ini pada umumnya dilaksanakan paling meriah diantara ketiga upacara siklus hidup. Di berbagai daerah Indonesia mempunyai perbendaharaan tradisi rangkaian upacara pernikahan, tata rias,dan tata busana pengantin. Misalnya tata rias dan busana pengantin gaya Betawi, gaya Minang, pengantin gaya Sunda, pengantin gaya Surakarta, gaya Jogjakarta, gaya Palembang/Sriwijaya, gaya Banjar, dan lain sebagainya.

Masyarakat Jawa Timur dalam melaksanakan upacara pernikahan umumnya menggunakan rangkaian upacara dan tata rias gaya Surakarta atau gaya Jogjakarta. Mengapa demikian? Apa Jawa Timur yang dulu merupakan pusat pemerintahan kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara ini tidak mempunyai rangkaian upacara adat pernikahan? Jawabannya tentu saja mempunyai. Terbukti bahwa di Jawa Timur juga mempunyai tata rias dan busana mempelai gaya Madura, gaya Surabaya, gaya Mojoputri yang dikembangkan di daerah Mojokerto. Di daerah Lamongan yang dulu merupakan wilayah Majapahit mempunyai tradisi rangakaian upacara pernikahan yaitu pengantin Bekasri. Ini semua merupakan aset budaya yang sangat tidak ternilai harganya, maka dari itu perlu dilestarikan agar anak cucu tidak kehilangan jejak, sehingga jika melaksanakan upacara pernikahan tidak menggunakan tradisi lain, misalnya rangkaian upacara pernikahan tradisi Jawa Tengah seperti umumnya masyarakat Jawa Timur lainnya sekarang ini.

Namun, sayang sekali tata rias dan busana pengantin gaya Bekasri ini nyaris punah, karena tidak seluruh masyarakat Lamongan menggunakannya. Padahal tata rias dan busana Bekasri yang merupakan akronim dari bek dan asri (bek = penuh ; asri = indah), ini merupakan aset budaya daerah Lamongan yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri. Selain itu rangkaian upacara yang dilaksanakan dalam melaksanakan upacara pernikahan.

Tata rias dan busana pengantin Bekasri sebenarnya sudah cukup lama digunakan oleh masyarakat Lamongan. Mula-mula berkembang di daerah Matup yang ketika itu menjadi bagian dari wilayah kerajaan Singasari. Selanjutnya, setelah Singasari runtuh, timbul kerajaan Majapahit dan daerah Mantup menjadi bagian dari wilayah kerajaan Majapahit. Tradisi yang digunakan dalam upacara tradisi pengantin Bekasri menunjukan bahwa masyarakat Mantup dan sekitarnya yang merupakan daerah berkembangnya tata rias dan busana pengantin Bekasri adalah masyarakat agraris. Hal ini terbukti bahwa dalam rangkaian upacara menggunakan sarana hasil bumi seperti padi, makanan yang merupakan olahan dari hasil bumi, dan juga menganggap perlunya pelestarian sumber air dengan cara mengajak pengantin Bekasri ke sendang atau sumber air. Sumber air merupakan sarana yang vital untuk pengolahan sawah, dan masyarakat agrris menganggap pentingnya sumber air.

Bukti lainnya bahwa masyarakat pendukung upacara tradisi pengantin Bekasri adalah masyarakat agararis adalah orang tua yang mempunyai anak gadis sangat berkeinginan mengambil menantu jejaka yang rajin bekerja mengolah sawah. Hal ini di harapkan setelah menjadi menantunya akan dapat membantu mengolah sawahnya.

Tata rambut, model hiasan bunga, cara berpakaian, dan beberapa assesoris yang digunakan pada pengantin Bekasri mirip dengan tata busana dan assesoris yang digunakan pada patung-patung peninggalan kerajaan Majapahit yang tersimpan di museum Trowulan Mojokerto. Hal ini menunjukan bahwa tata busana pengantin Bekasri mencontoh tata busana raja atau bangsawan kerajaan Majapahit atau kerajaan sebelumnya yaitu Singasari.

Upacara tradisi pengantin Bekasri mengajarkan bahwa suami harus bertanggung jawab terhadap istri. Tidak hanya dapat memberikan nafkah batin saja, tetapi juga perlu memberikan nafkah lahir. Hal ini terbukti dari rangkaian upacara pemberian bahan makanan dari pengantin pria kepada pengantin wanita yang berupa beras dn kebutuhan bahan makanan lainnya.

Selain itu upacara tradisi pengantin Bekasri juga mengajarkan bahwa kedua keluarga yang berbesanan tidak lepas dari tanggung jawab terhadap pengantin berdua. Hal ini tampak pada upacara Tali Waris yang pelaksanaanya adalah sebagai berikut:

Keluarga mempelai pria dan mempelai wanita secara bergiliran memasukkan uang, perhiasan, dan atau sumbangan bentuk lain ke dalam bokor atau talam yang sudah disediakan. Seluruh sumbangan pada acara tali waris ini seluruhnya menjadi hak kedua mempelai. Untuk mengawali upacara tali waris ini diiringi gending Giro Srunen, dan pada pelaksanaannya para kerabat memasukkan uang atau sumbangan ke dalam bokor diiringi gending Eling-eling. Ini merupakan pelajaran yang tidak tertulis agar kedua keluarga yang berbesanan tetap eling (ingat) bahwa kedua pengantin telah menjadi keluarga mereka bersama.


2 komentar:

  1. bagus banget infonya sangat bermanfaat!
    klo bisa info pengantin daerah bojonegoro dan sidoarjo dunk!!!krn infony sulit di cari
    thanx

    BalasHapus
  2. Lha ini tulisan saya di Buku yang berjudul "Upacara Tradisi Pengantin Bekasri Upacara Khas Lamongan" yang diterbitkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Lamongan Tahun 2006. Buku tersebut melalui penelitian bersama Kebudayaan Lamongan, lho tahu-tahu muncul di internet diaku penulis lain, sampai titik, komanya tidak dirubah, apa begini itu pantas, dan saya tidak pernah merasa memberi ijin untuk menulis ulang tulisan pada Kata Pengantar tersebut. Kalau penulis memang merasa mengutip mestinya disebutkan sumberbya. Kalau memang tidak mengutip kok ya kata-katanya sama persis. Terima kasih atas pengakuan penulis atas tulisan saya, saya juga sudah nulis lagi Buku ke 2 yang berjudul "Tata Rias dan Busana Pengantin Bekasri" silakan kalau ditulis ulang dan diaku lagi, Terima kasih atas pembajakannya.

    'Wahjudhi Dwidjowinoto'

    BalasHapus