
Pada tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.55 WIB, Bumi Pertiwi menangis. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah diguncang gempa bumi tektonik yang kuat selama 57 detik. Kekuatan gempa tersebut 5.9 pada skala Richter. United States Geological Survey mencatat kekuatan gempa bumi yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah berkekuatan 6.2 pada skala Richter. Gempa tersebut mengakibatkan kerusakan yang sangat dahsyat. Bangunan-bangunan runtuh dan banyak korban berjatuhan. Lebih dari 6000 orang meninggal dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
Situasi ini ternyata dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Banyak terjadi aksi pencurian di rumah-rumah kosong yang tengah di tinggal pemiliknya. Pencurian mulai terjadi di beberapa Dusun di Kabupaten Bantul, D.I.Y. Pencuri mengambil kesempatan ketika masyarakat berkonsentrasi pada posko-posko pengungsian.
Di sisi lain warga masyarakat
Apresiasi dari masyarakat tidak hanya partisipasi dalam jangka waktu pendek yang diberikan kepada korban bencana alam Bantul, Yogyakarta, namun dilakukan juga dalam jangka waktu panjang, misalnya : pembekalan ketrampilan kepada masyarakat korban bencana yang mengalami cacat permanen, berbagai sektor mulai diperbaiki seperti tempat tinggal, sarana pendidikan dan kesehatan infrastruktur hingga pemulihan ekonomi masyarakat dengan berbagai cara misalnya melalui bantuan modal, peralatan dan ketrampilan.
Tidak hanya warga masyarakat biasa yang berpartisipasi menolong saudara kita yang tertimpa musibah gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah tapi banyak dari kalangan artis yang turut serta berpartisipasi menolong korban bencana tersebut. Entah itu tulus atau hanya tameng untuk menaikkan popularitas mereka semata. Hal tersebut juga terjadi pada beberapa Pejabat Negara. Mereka saling mencari-cari kambing hitam untuk disalahkan atas musibah nasional yang menimpa masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Setelah beberapa tahun pasca gempa tersebut, kini masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta perlahan bangkit menata hidup mereka lagi. Berbagai aspek kehidupan sudah tertata seperti sedia kala. Misalnya, perkampungan yang dulu rata dengan tanah kini sudah dibangun kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar